Minggu, 11 Maret 2012

Lima Band Dalam Negeri yang Diam-diam Go International

Oleh Yahoo Indonesia
Oleh Yahoo Indonesia | Blog Editor – Jum, 9 Mar 2012 15:04 WIB
Oleh Dimas Ario
Istilah “go international” kerap keluar dari bibir banyak penyanyi dan musisi tanah air. Namun tidak banyak yang benar-benar mewujudkannya. Dalam rangka Hari Musik Nasional yang jatuh tepat hari ini, tanggal 9 Maret, berikut adalah beberapa grup tanah air yang sudah menorehkan namanya di kancah musik mancanegara.

Mereka memang tidak sering menghiasi layar televisi nasional dan musik mereka juga tidak didengar oleh jutaan rakyat Indonesia namun mereka diam tapi pasti telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.

Selamat hari musik nasional!

Mocca
Dari awal pemunculannya, grup musik asal Bandung ini sudah menarik publik musik internasional, khususnya Asia Tenggara. Mocca mengawali perjalanan musical mancanegara mereka di Singapura pada tahun 2005. Saat itu album debut mereka dirilis album oleh label asal Singapura, Fruits Records. Setelah itu album Mocca juga dirilis oleh label Malaysia, Jepang dan Korea. Di Jepang dan Korea inilah, Mocca mendapat basis penggemar yang besar. Tercatat sudah lima lagu mereka yang menjadi jingle iklan di Korea dan juga tampil dalam serial televisi di sana.

Bottlesmoker
Duo asal Bandung ini sudah menjadi langganan pada berbagai festival dan acara musik di Asia. Negara-negara yang telah mereka kunjungi antara lain, Malaysia, Brunei Darusalam, Cina, Singapura, Filipina.  Dan di tahun 2012, Bottlesmoker menambah daftar negara di Asia yang telah mereka jelajahi dengan jadwal panggung mereka di Thailand dan juga Vietnam. Penggemar mereka tersebar dari pulau Sumatera hingga dataran Cina. Duo yang selalu membagikan musik mereka secara gratis di Internet ini juga dirilis oleh  beberapa net label di Amerika Serikat dan juga di Eropa.
White Shoes and the Couples Company
Unit musik jebolan Institut Kesenian Jakarta ini menjadi bukti nyata bahwa musik dengan bahasa Indonesia juga dapat berbicara di pentas internasional. Tidak tanggung-tanggung, negara yang telah mereka tembus adalah Amerika Serikat yang dikenal memiliki pasar musik yang sangat ketat. Album perdana mereka dirilis oleh label asal Chicago, Minty Fresh yang sebelumnya sukses dengan band The Cardigans. Di tahun 2008, White Shoes and the Couples Company dua kali menyambangi Amerika Serikat. Pertama untuk CMJ Music Marathon dan SXSW Music Festival. Di tahun 2012, mereka mengadakan tur Eropa yang pertama dengan bermain di dua negara, Perancis dan Belanda.

The S.I.G.I.T
Kuartet rock asal Bandung, The S.I.G.I.T (The Super Insurgent Group Of Interperence Talent) namanya juga kian kencang di kancah musik mancanegara. Setelah sempat dibahas dalam salah satu kolom pada tabloid musik NME di tahun 2005, album debut The S.I.G.I.T yang di Indonesia dirilis oleh FFCuts (sub divisi dari FFWD Records) juga dirilis oleh label Australia, Cavemen. Di bulan Juni 2007, The S.I.G.I.T tur sebulan penuh di beberapa kota di Australia. Setelah itu, tepatnya di tahun 2009, mereka kembali bermain di pentas luar negeri kali ini di Amerika Serikat dan juga Hongkong. Kini Anda dapat
vote The S.I.G.I.T atau band-band lokal lainnya untuk mewakili Indonesia pada festival musik Rock and Roots yang akan berlangsung di Singapura akhir Maret 2012 ini.

Gugun and The Blues Shelter
Trio asal Jakarta, Gugun and The Blues Shelter telah membawa musik Blues Indonesia ke kancah internasional. Gugun membuktikan bahwa musik blues tidak hanya milik musisi Afrika Amerika. Sejauh ini Gugun and The Blues Shelter telah bermain di Malaysia, Singapura, Shanghai dan Inggris. Pada panggung mereka di Inggris, Gugun and The Blues Shelter bermain bersama nama-nama besar seperti Bon Jovi, Rod Stewart dan The Killers. Album kelima mereka yang bertajuk Solid Ground dirilis oleh Grooveyard Records yang berbasis di New York, Amerika Serikat.



10 band indie lokal berkesempatan mewakili Indonesia di ajang Rock and Roots di Singapura? Siapa yang sebaiknya diberangkatkan?
VOTE DI SINI!

Sabtu, 03 Maret 2012

Di Balik Kekalahan Timnas-Bahrain 0-10

Pelatih Aji Santoso mengakui bahwa kekalahan 0-10 tim nasional Indonesia dari Bahrain dalam laga terakhir Grup E Pra-Piala Dunia 2014, Rabu (29/2/2012), memang sangat mengecewakan masyarakat. Dia menilai, hasil tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai pelatih. Irfan Bachdim dan kawan-kawan, lanjutnya, tak bisa disalahkan.

"Pemain tidak bisa disalahkan, ini merupakan tanggung jawab saya. Memang untuk timnas senior memiliki target cukup tinggi, jadi dibutuhkan persiapan yang sangat baik. Jadi ini tugas yang berat, apalagi saya juga melatih timnas U-23," ujar Aji saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Sabtu (3/3/2012).

Kekalahan dengan skor tersebut menjadi sejarah kelam tersendiri bagi timnas. Pasalnya, hasil itu menjadi rekor kekalahan terbesar Indonesia sejak tahun 1934. Terakhir kekalahan terbesar pasukan "Merah Putih" terjadi pada 1976, saat Denmark mencukur Indonesia 9-0 dalam laga uji coba di Kopenhagen.

Menurut Aji, dalam pertandingan itu anak asuhnya sebenarnya sudah cukup menikmati pertandingan pada menit-menit awal. Akan tetapi, sejumlah kartu merah, khususnya yang menimpa kiper Samsidar pada menit ke-3, membuat mental para pemainnya menurun.

"Dengan kartu merah itu, skema kita jadi tidak berjalan dengan baik. Bermain dengan 11 pemain aja belum tentu skema berjalan, apalagi dengan 10 orang. Tapi, ya inilah hasilnya. Saya tetap menerima kekalahan ini. Apalagi memang Bahrain kualitasnya di atas tim kita," kata Aji.

"Tetapi, saya juga bangga dengan para pemain, dan kita tidak perlu berhenti sampai di sini. Hasil ini akan kita jadikan sebagai ajang introspeksi untuk menghadapi sejumlah pertandingan ke depannya nanti," tegasnya.
JAKARTA, KOMPAS.com